Cara Mudah dan Cepat Menemukan Nilai - Nilai yang Terkandung dalam Cerpen dan Contoh Cerpen - Suatu saat kalian pernah disuruh oleh bapak atau ibu guru dalam membaca atau mendengar cerpen. Kemudian setelah cerpen selesai dibaca atau didengar kalian disuruh untuk menemukan nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam cerpen tersebut. Bagaimana reaksi kalian ? Mungkin di antara kalian ada yang dengan mudahnya menemukan nilai-nilai yang terkandung dalam cerpen. Tetapi banyak juga di antara kalian yang masih kebingungan. Maka untuk membantu kalian yang masih bingung cara menemukan nilai-nilai yang terkandung dalam cerpen saya akan berikan Cara Mudah dan Cepat Menemukan Nilai - Nilai yang Terkandung dalam Cerpen dan Contoh Cerpen berikut ini.
Cara Mudah dan Cepat Menemukan Nilai - Nilai yang Terkandung dalam Cerpen dan Contoh Cerpen |
1. Cara Mudah dan Cepat Menemukan Nilai - Nilai yang Terkandung dalam Cerpen
Pada
pelajaran yang lalu kamu telah belajar mengenai analisis unsur-unsur intrinsik
dalam cerpen. Sekarang, kamu akan diajak untuk menemukan nilai - nilai dalam
cerpen. Tahukah kamu arti nilai dalam karya sastra ?
Nilai
adalah ajaran atau etika dalam kehidupan yang dapat dijadikan pelajaran bagi
manusia. Nilai-nilai cerpen tercermin dalam kisah cerita maupun sifat dan karakter
tokohnya.
Nilai-nilai
dalam cerpen meliputi berikut ini.
1. Nilai
moral atau etika, yaitu nilai -nilai
yang berkaitan dengan norma-norma yang ada dalam suatu masyarakat atau kelompok
manusia tertentu. Jadi, ukuran nilai moral/etika adalah baik dan buruk yang
bersifat lokatif atau berdasarkan tempat tertentu. Pesan moral disampaikan dari
pelaku para tokoh-tokohnya atau komentar langsung pengarangnya dalam cerita.
2. Nilai
sosial, yaitu nilai-nilai yang berkaitan dengan masalah sosial. Jadi, berkaitan
antara interaksi sosial antarmanusia, baik sebagai individu maupun kelompok.
3. Nilai
budaya, yaitu nilai yang berkaitan dengan kebudayaan, adat istiadat, ataupun
kebiasaan suatu masyarakat.
4. Nilai
estetika atau keindahan, yaitu nilai
yang berkaitan dari segi bahasa, dan penggambaran
keindahan mengenai kehidupan tokoh dalam cerita.
5. Nilai
religius, yaitu nilai-nilai ketuhanan atau ajaran keagamaan yang tercermin dalam
cerita.
2. Contoh Cerpen
Agar kalian semakin memahami dan menguasai materi ini silahkan perhatikan dan temukanlah nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam contoh cerpen di bawah ini.
Anak yang Menyelamatkanku
Bau
menyengat menyeruak manakala dua orang perempuan naik ke dalam angkot. Aku
menahan napas. Beberapa penumpang lain tampaknya juga terganggu dengan aroma
yang datang bersamaan naiknya dua perempuan itu.
Dan,
astaga, mereka duduk persis di hadapanku. Ingin kukeluarkan tisu dan menutup
hidungku, tetapi aku khawatir tindakanku akan menyakiti mereka. Mereka
tampaknya juga sadar bahwa keberadaan mereka kurang menyenangkan buat para
penumpang angkot yang lain. Gerak-gerik mereka mencerminkan rasa kikuk. Setelah
berhasil menguasai diri, barulah mereka bersuara dan saling bercakap di antara
keduanya. Mereka bicara tentang rencana mereka untuk mencoba tempat bekerja
yang baru, di perempatan ramai tak jauh dari tempat kerjaku. Kurasa demi
menjalankan profesi mereka sebagai--aku memerhatikan penampilan
mereka--pengemis.
Salah
satu pengemis itu memangku seorang anak perempuan, dengan usia sekitar dua
tahun. Anak kecil itu memandang ke arahku. Mau tak mau aku jadi memerhatikannya.
Sepasang matanya yang bening mencerminkan kesucian dirinya. Ia begitu murni dan
tak berdosa. Dia seharusnya berada di tempat yang lebih baik ketimbang berada
di gendongan ibunya dan belajar meminta belas kasihan dari orang lain. Terlalu
dini buatnya untuk ikut menyangga kemiskinan orang tuanya.
\
Aku
tiba-tiba tergerak. Kukeluarkan biskuit dari dalam tasku day pack-ku yang
lusuh. Sebenarnya itu sarapan pagiku. Satu-satunya yang bisa kumakan pagi ini.
Aku menimbang-nimbang sesaat dalam hati. Lalu, kuputuskan mengulurkannya kepada
anak kecil itu. Perempuan yang menggendongnya terperangah. Kurasa ia tidak
menyangka aku akan melakukan ini. Sejurus kemudian ia mendorong tangan kecil
itu untuk mengambil biskuit yang kuulurkan.
''Bilang,
makasih, Om.'' Bibir anak itu merekah, tersenyum. Dengan tampang dekil dan ingusnya
yangmengering, ia tampak manis sekali saat tersenyum. Ia memegang biskuit itu
erat-erat. Sejurus kemudian ibunya telah mengupaskan biskuit itu untuknya. Anak
itu pun makan dengan lahapnya. Tampaknya ia sudah sangat kelaparan.
Para
penumpang angkot lain melirik diam-diam. Mereka pasti heran melihat tindakanku.
Setengah kesal barangkali, karena aku telah menyenangkan orang yang telah
membuat mereka tidak merasa nyaman. Sebenarnya, aku bisa saja tidak peduli dan
lebih sibuk mengusir bau tidak enak yang kuhirup semenjak para pengemis itu
naik di angkot yang kutumpangi. Bisa saja, aku malah duduk menjauh karena
merasa jijik melihat penampilan mereka yang kotor dan dekil.
Bahkan,
bisa saja anak itu bukan benar-benar anak si pengemis, melainkan anak yang dipekerjakan
untuk 'melancarkan' pekerjaan pengemis itu dengan mengundang rasa iba, dan aku
telah menjadi korban pertamanya pagi ini. Atau, anak itu mungkin anak yang
diculik untuk dijadikan pengemis? Yah, bukankah banyak kejadian seperti itu di
zaman sekarang? Tetapi … lebih dari semua kemungkinan itu, aku memilih tidak
memikirkannya. Anak itu bagaikan magnet buatku.
Di
perhentian berikutnya aku turun dan kami pun berpisah. Masih sempat kulihat
mereka menatapku melalui jendela angkot. Perempuan pengemis itu memegang tangan
anaknya dan melambai-lambaikannya ke arahku. Aku balas melambai kecil.
Ah,
mengapa dia harus tumbuh di tengah-tengah lingkungan yang sulit memberinya masa
depan? Apakah dia juga akan menjadi pengemis seperti orang tuanya? Aku terus
berpikir dalam perjalananku menuju tempat kerjaku, sebuah restoran dim sum di
tengah kota. Ketika aku sampai di sana, buru-buru akumenepiskan
pikiran-pikiranku tentang anak itu karena pekerjaan sudah menunggu. Dan seperti
hari-hari lalu, aku bersicepat dengan waktu demi upah menghidupi diri. Aku
mesti berpikir membayar kontrakan yang jatuh temponya tinggal dua minggu lagi.
Aku sudah nunggak tiga bulan ini.
Jika
sebulan lagi tak bisa kututup, aku terancam diusir dari sana. Belum lagi, Ibu
minta dikirimi uang untuk SPP adikku yang harus dibayar bulan ini. Juga, harus
menyisihkan uang sebagian untuk keperluan biaya pernikahanku beberapa bulan
mendatang. Pendeknya, aku harus kejar setoran untuk menutup semua kebutuhan
itu. Kepalaku seperti mau pecah saja rasanya.
Pukul
lima, shift kerjaku selesai. Aku menarik napas lega. Hari ini cukup melelahkan
karena pengunjung restoran cukup ramai. Mendung sudah menggayut berat di
langit. Aku berjalan cepat-cepat membelah lalu lintas yang begitu padat. Dalam
situasi begini, semua orang ingin cepat-cepat sampai tujuan dan tidak
memedulikan kepentingan orang lain, apalagi seorang pejalan kaki sepertiku.
Sampai
di halte, hujan turun bergegas. Bukan hanya itu, angin yang sejak tadi kencang
bertiup, kini kian menggila. Aku mendekap tasku erat-erat. Rasa khawatir
melandaku. Sampai beberapa saat, hanya ada aku di halte itu. Tubuhku sudah
basah karena air hujan yang berhamburan. Aku melipat tubuhku demi melindungi
diri dari angin yang begitu kencang. Pohon-pohon berguncang, kabel-kabel
listrik mengombak kencang. Tuhan layaknya anak kecil yang tengah bersenang-senang
dengan mainannya.
Tiba-tiba,
aku melihat seseorang datang menembus angin dan hujan. Setelah dekat, aku baru
mengenali sosok itu sebagai sosok seorang ibu yang menggendong anaknya. Dan,
mereka adalah pengemis dan anaknya yang bertemu denganku di angkot pagi tadi.
Akhirnya
mereka sampai juga di halte. Mereka duduk di ujung bangku yang berseberangan
denganku. Lalu, sesaat kemudian, kudengar ibu itu kebingungan mencari sandal
anaknya yang terjatuh. Sandal yang buat mereka pasti sangat berharga. Sandal
pelindung kaki kecil anaknya itu rupanya terjatuh saat mereka berlari-lari
tadi. Si Ibu menurunkan anaknya dari gendongannya. Ia tidak mau membawa anaknya
kembali dalam hujan.
''Tunggu
di sini, ya, Ndhuk. Ibu cari sandalmu sebentar. Jangan ke mana-mana, ya?''
Setelah mewanti-wanti anaknya, si Ibu berlari ke arah yang mereka lewati tadi.
Kilat
menyambar langit, anak kecil itu menangis ketakutan. Jangankan anak kecil,
orang dewasa pun miris dengan cuaca begini. Ketika itu, sebuah angkot berhenti
tepat di tempatku berdiri. Aku ragu-ragu sejenak. Menimbang antara naik angkot
yang sudah tinggal satu-dua, atau menemani anak kecil yang ketakutan itu
terlebih dulu. Aku memutuskan untuk menolak angkot dan menemani anak pengemis
itu. Beberapa langkah mendekati anak itu, tiba-tiba ''Kraaak... bummm!!!''
Terdengar
suara berdebum keras dari arah belakangku. Refleks aku terpekik dan melompat.
Ada perih sempat menghajar punggungku. Aku membalikkan badan. Dan, pemandangan
yang terhampar di mataku membuatku terperangah.
Sebuah
pohon besar di dekat halte tumbang dan melesakkan sebagian atap halte. Sebagian
cabangnya yang besar-besar ambruk persis di tempat sebelumnya aku berdiri, dan
sebagian mencapai badan jalan. Angkot yang menghampiriku tadi baru beberapa
meter jauhnya dari pohon yang tumbang itu.
Lututku
gemetar. Aku meraih anak kecil itu dan menggendongnya. Terima Kasih Tuhan!
Punggungku
memang sempat tersambar ranting-ranting pohon dan tergores, tetapi, rupanya
Tuhan belum berkehendak mengambil hidupku. Dia memberikan pertolongan kepadaku
melalui anak pengemis ini. Anak kecil tanpadosa yang pagi tadi kuberi sebungkus
biskuit yang meredakan rasa laparnya.
Semoga dengan adanya Cara Mudah dan Cepat Menemukan Nilai - Nilai yang Terkandung dalam Cerpen dan Contoh Cerpen ini kalian bisa lebih cepat dan mudah dalam menemukan nilai-nilai yang terkandung dalam sebuah cerpen. Dengan adanya contoh naskah cerpen di atas semoga bisa dijadikan bahan latihan dalam menemukan nilai-nilai yang terkandung dalam sebuah cerpen. Amin. Terimakasih telah membaca Cara Mudah dan Cepat Menemukan Nilai - Nilai yang Terkandung dalam Cerpen dan Contoh Cerpen.
Sign up here with your email
ConversionConversion EmoticonEmoticon