Cara / Teknik Menulis Wawancara dalam Bentuk Paragraf dan Contoh Wawancara - Suatu waktu kalian tentu pernah melihat teman atau kakak kelas kalian sedang mewawancarai seseorang kemudian setelah mereka mewawancarai dia menulis hasil wawancara dalam bentuk paragraf. Kalian sudah tahu bagaimana cara / teknik menulis wawancara dalam bentuk paragraf ? Tentu dengan adanya contoh wawancara akan semakin memudahkan kalian memahami cara / teknik menulis wawancara dalam bentuk paragraf. Berikut Cara / Teknik Menulis Wawancara dalam Bentuk Paragraf dan Contoh Wawancara.
Cara / Teknik Menulis Wawancara dalam Bentuk Paragraf dan Contoh Wawancara |
1. Cara / Teknik Menulis Wawancara dalam Bentuk Paragraf dan Contoh Wawancara
Seusai
mewawancarai seseorang (narasumber), adakalanya kamu diminta untuk membuat
kalimat bentuk narasi. Kalimat bentuk narasi artinya, menyusun kalimat
dengan teknik cerita/kalimat berita dengan mengubah kalimat langsung menjadi
bentuk tidak langsung.
Nah,
dapatkah kamu mengubah teks hasil tanya
jawab yang berbentuk kalimat langsung menjadi bentuk kalimat tidak langsung?
Untuk
itu, perhatikanlah langkah-langkah berikut.
1. Hilangkanlah
semua tanda baca, yaitu tanda titik dua (:), tanda kutip (“) atau tanda tanya
(?).
2. Ubahlah
sapaan narasumber dengan menggunakan kata ganti yang tepat.
3. Tulis
dengan kalimat tidak langsung informasinya tanpa mengubah esensi makna.
Contoh :
“Kalau
melihat keadaan masyarakat sekarang ini, maka saya sebagai seorang pelajar akan
terus membentengi diri dari pengaruh narkoba”.
Diubah
menjadi :
Dia
mengatakan jika keadaan masyarakat sekarang ini, maka ia sebagai seorang
pelajar akan terus membentengi diri dari pengaruh narkoba.
4. Jika
berupa teks tanya jawab, ubahlah menjadi bentuk narasi yang baik.
2. Contoh Wawancara
Noni Purnomo
Enggan Mengemudi di Jakarta
Dengan
17 ribuan karyawan, Blue Bird Group (BBG) telah menjadi perusahaan besar di
bidang transportasi di Indonesia. Seorang perempuan, Noni Sri Aryati Purnomo,
harus ikut mengawalnya agar BBG tetap berada di jalurnya. Noni adalah generasi
ketiga di perusahaan jasa angkutan ini. Wakil Direktur Utama untuk Pengembangan
Bisnis BBG ini sejak kecil telah dilibatkan mengurus perusahaan yang dirintis
eyangnya, Mutiara Djokosoetono, itu.
Senin,
28 Januari 2008, ibu tiga anak Amanda, Sasha, dan Kaira dari pernikahannya
dengan Klaas Redmer Schukken ini menerima Burhanuddin Bella dari Republika
bersama fotografer Teguh Indra untuk sebuah wawancara di kantornya, bilangan
Mamprang Prapatan, Jakarta.
Berikut
petikannya :
BBG adalah perusahaan keluarga. Apakah Anda
sejak dini merasa dipersiapkan untuk menanganinya?
“Itu
saya tidak tahu. Tapi, bahwa dari kecil saya dilibatkan dalam perusahaan keluarga,
itu ya. Karena memang tidak ada pilihan lain. Taksi ini berdiri waktu saya umur
tiga tahun. Kantor di rumah, bengkel di rumah, semuanya di rumah. Ya,
bagaimanapun saya nongkrong-nya dengan pengemudi. Tiap hari mainnya dengan
pengemudi. Dulu saya manggil-nya masih oom. Dulu kan pengemudi masih 30-31, itu
setiap hari dihitung komisinya kemudian di-bungkusin uangnya. Nah, itu saya
ikut bungkus. Waktu SMP, saya sudah mulai kerja paruh waktu. Setiap libur, saya
kerjakan apa saja yang bisa saya kerjakan. SMA, saya mulai masuk resmi paruh
waktu. Libur sekolah saya kerja, hari Minggu kerja”.
Apa yang Anda kerjakan?
Hanya
data entry. Kemudian saya kuliah di luar negeri, tesis saya juga untuk memperbaiki
efisiensi di bengkel. Jadi, memang selalu berhubungan. Tapi, apakah disiapkan
atau nggak, itu tidak pernah dibicarakan secara formal.
Latar belakang Anda kan bukan di bisnis
saat masuk ke BBG. Apa pertimbangan Anda waktu itu?
Ya,
saya di teknik, karena waktu itu saya lebih senang matematika, fisika. Saya
lebih senang mengerjakan sesuatu yang lebih ke arah teknik. Akhirnya saya masuk
ke teknik industri. Itu kan tidak murni teknik, tapi setengah adalah
manajemen.
Makanya pilihannya teknik industri, karena saya interest-nya di situ, mencari
jurusan yang ada manajemennya. Di situ saya belajar banyak sekali dan itu
sangat berguna untuk perusahaan.
Apakah Anda juga suka naik taksi ?
Sekarang
agak jarang. Dulu sering. Sekolah juga naik taksi. Taksi sendiri, pernah juga
taksi yang lain. Soalnya kita harus membandingkan kan.
Setiap naik taksi Anda ngobrol dengan sopir ?
Ngobrol.
Tapi, sekarang saya sudah lama tidak melakukan itu. Semenjak saya punya anak,
jalannya cuma dari rumah ke kantor. Jadi, sudah jarang keluyuran.
Kabarnya Anda biasa menyamar naik Blue
Bird. Apa yang bisa Anda dapatkan dari penyamaran itu?
Alhamdulillah,
saya tidak pernah menemukan pengemudi jelek. Tapi, saya banyak mendapatkan
input.
Dalam penyamaran, sopir tidak kenal Anda ?
Tidak
tahu. Cuma pernah saya naik taksi ke rumah. Tahunya itu gara-gara ngobrol sama
security di rumah. Karena pengemudi begitu banyak, kan. Saya juga tidak
mengharapkan dikenali sama pengemudi. Mereka tidak harus mengenal saya.
Untungnya kalau tidak kenal, saya bisa ngobrol, bisa tahu lebih banyak.
Bagaimana Anda membawahkan 17 ribuan
karyawan itu ?
Saya
sebenarnya tidak langsung me-manage semua orang. Kita membuat struktur
organisasi sehingga ada pembagian wewenang. Itu semua kan dasarnya komunikasi.
Untuk komunikasi, kita di manajemen dibantu oleh pengemudi juga. Setiap 18-20
pengemudi membentuk satu grup. Di grup itu ada ketua grup. Ketua itulah yang
melakukan komunikasi. Komunikasinya dua arah, dari atas ke bawah dan dari bawah
ke atas. Aspirasi pengemudi ditampung oleh ketua-ketua grup.
Apa yang Anda berikan kepada para pengemudi ?
Kita
mencoba menghormati pengemudi, karena bagaimanapun mereka menjadi penghasil
perusahaan. Di Blue Bird, yang paling haram adalah menganggap pengemudi kelas
dua atau kelas tiga, bukan sederajat. Jadi, kita anggap semua sama. Kita juga
memikirkan kesejahteraan pengemudi dengan cara memberikan beasiswa. Jadi, kita
ingin memuaskan pelanggan di luar, kita juga ingin memuaskan pelanggan di
dalam.
Apa pertimbangan Anda mau ikut mengelola
BBG ?
Kalau
yang diajarkan ke kita, sekarang ini bukan hanya karena uang kita ada di sini.
Tapi, tanggung jawab kita adalah menghidupi 60 ribu orang dari 17 ribuan
karyawan itu. Yang penting, kalau saya mau bekerja di Blue Bird, saya harus
bekerja semaksimal mungkin. Itu pilihan yang diberikan orang tua. Kalu nggak
niat, lebih baik nggak.
Bagaimana sih rasanya membawahkan 17 ribuan
karyawan ?
Yang
kita sangat bangga, kita bisa memberikan lapangan pekerjaan kepada orang
banyak. Untuk saya, itu kepuasaan tersendiri. Kan saya coordinator Blue Bird
Peduli. Itu salah satu kepuasan saya di situ. Bahwa apa yang diterima perusahaan
ini, kita juga bisa give back. Itu lebih tidak ternilai daripada uang yang
didapat, dan sebagainya. Saya pribadi dan suami punya anak asuh, 20-30 anak.
Semoga dengan adanya Cara / Teknik Menulis Wawancara dalam Bentuk Paragraf dan Contoh Wawancara ini penguasaan dan pemahaman kalian tentang bagaimana cara / teknik menulis wawancara menjadi bentuk paragraf semakin bagus dan dengan adanya contoh wawancara di atas bisa membuat kalian mengetahui bagaimana caea / teknik dalam berwawancara. Terimakasih telah membaca Cara / Teknik Menulis Wawancara dalam Bentuk Paragraf dan Contoh Wawancara.
Sign up here with your email
ConversionConversion EmoticonEmoticon